Kutbah jumat 4 Pertanggung jawaban dihadapan Allah Swt
Hari berganti hari, Bulan berganti bulan, Tahun berganti tahun, Tidak terasa, Waktu berjalan terasa sangat cepat.
Jatah
umur kita semakin menipis, Ajal kita semakin dekat.
Maut
ibarat pedang terhunus yang setiap saat bisa saja menebas batang leher kita.
Kita tidak tahu kapan kita meninggalkan dunia
yang fana’ ini.
Kita
juga tidak tahu di mana kita akan mengakhiri hayat kita.
Jamaah Jumat حَفِظَكُمُ الله
Imam
Abu Manshur al-Baghdadi mengatakan dalam al-Farq bain al-Firaq:
وَأَجْمَعُوْا
عَلَى أَنَّ اللهَ تَعَالَى
لَايَحْوِيْهِ
مَكَانٌ
وَلَا يَجْرِيْ
عَلَيْهِ
زَمَانٌ
Maknanya:“Golongan Ahlussunnah
sepakat menyatakan bahwa Allah tidak diliputi tempat dan tidak dilalui oleh
peredaran masa.”
Jamaah Jumat حَفِظَكُمُ الله
Dalam
kesempatan khutbah ini, khatib akan mengajak kita semua untuk bermuhasabah dan
merenungkan sabda Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
“Kedua kaki seorang
hamba tidaklah beranjak dari tempat hisabnya pada hari kiamat hingga ia ditanya
mengenai empat hal:
(1)
umurnya, untuk apakah ia habiskan, (2) jasadnya, untuk apakah ia gunakan,
(3)
ilmunya, apakah telah ia amalkan, (4) hartanya, dari mana ia peroleh dan dalam
hal apa ia belanjakan
”
(HR Ibnu Hibban dan at-Tirmidzi).
Jamaah Jumat حَفِظَكُمُ الله
Perkara
pertama yang akan kita pertanggungjawabkan pada hari kiamat kelak adalah umur
kita. Sejak kita menginjak usia baligh, seluruh apa yang kita yakini, kita
ucapkan dan kita perbuat, akan kita pertanggungjawabkan kelak di akhirat.
Jika
kita telah melakukan seluruh kewajiban dan menjauhkan diri kita dari semua yang
diharamkan, maka kita akan selamat dan bahagia.
Sebaliknya,
jika tidak, maka kita akan binasa dan merana.
Jamaah Jumat حَفِظَكُمُ الله
Kedua, kita
akan ditanya mengenai jasad kita. Jika seluruh anggota badan kita gunakan untuk
berbuat taat kepada Allah, maka kita akan senang dan beruntung.
Sebaliknya, jika kita menggunakannya untuk
bermaksiat kepada Allah, maka kita akan merugi dan buntung.
Ketiga, kita akan ditanya
mengenai ilmu kita. Kita akan ditanya, apakah kita telah mempelajari bagian
ilmu agama yang fardlu ain untuk kita pelajari atau tidak.
Dan
jika kita telah mempelajarinya, apakah sudah kita amalkan ataukah tidak. Ilmu
agama yang hukum mempelajarinya fardlu ain adalah seperti dasar-dasar ilmu
aqidah, hukum-hukum dasar terkait bersuci, shalat, zakat bagi yang mampu,
puasa, kewajiban hati, maksiat-maksiat anggota badan dan lain sebagainya.
Dalam
sebuah hadits diriwayatkan: وَيْلٌ لِمَنْ
لَا يَعْلَمُ، وَوَيْلٌ لِمَنْ عَلِمَ
ثُمَّ لَا يَعْمَلُ “Sungguh sangat celaka orang yang tidak
belajar (ilmu agama yang fardlu ain), dan sungguh sangat celaka orang yang
mempelajarinya tapi tidak mengamalkannya.”
Keempat, kita akan ditanya
mengenai harta, dari mana kita memperolehnya dan untuk apa kita belanjakan.
Dalam masalah harta, manusia terbagi menjadi
tiga golongan, dua celaka dan satu yang selamat. Dua golongan yang celaka pada
hari kiamat adalah mereka yang mengumpulkan harta dengan cara yang haram atau
dari sumber yang haram, dan mereka yang mengumpulkan harta dengan cara yang
halal tapi membelanjakannya untuk hal-hal yang diharamkan.
Sedangkan
golongan yang selamat adalah mereka yang mengumpulkan harta dengan jalan yang
halal dan membelanjakannya untuk perkara-perkara yang halal.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلرَّجُلِ الصَّالِحِ (رَوَاهُ أَحْمَدُ فِي مُسْنَدِهِ)
“Sebaik-baik harta adalah harta milik
orang yang shalih.” (HR Ahmad dalam
al-Musnad) Karena orang yang shalih akan mencari harta dengan cara yang halal
dan membelanjakannya untuk hal-hal yang dihalalkan oleh Allah ta’ala.
Setiap nikmat yang Allah berikan kepada kita, kalau
tidak mendekatkan diri kita kepada Allah SWT maka itu adalah musibah, dulu
belum punya rumah masih ngontrak rajin kemesjid,ada hikmahnya zakatnya
terjaga,bacaan qur’annya ada,tetapi setelah punya rumah sendiri, punya pribadi
maka berkurang sedikit-demi sedikit, dulu Cuma pakai motor /Honda sekarang
pakai mobil berkurang-berkurang berkurang dan seterusnya.
Dulu hanya pegawai pegawai biasa,dosen-dosen biasa,
naik pangkat terus terus dan seterusnyasemakin jauh kita kepada Allah SWT.
Maka nikmat tadi adalah musibah,jangan bangga dulu,
jangan bangga dulu ketika Allah lapangkan riski kita, karena setiap satu rupiah
akan kita pertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT.
Betul tidak, kalau anda membeli HP betul tidak hp
itu mendekatkan diri kepada Allah SWT atau tidak, belikan anak hp betul tidak
hp itu mendekatkan kita dan anak-anak kita kepada Allah SWT, kalau kita membeli
mobil betul tidak mobil itu mendekatkan diri kita kepada Allah SWT.
Demikian
khutbah yang singkat ini, mudah-mudahan bermanfaat dan dapat menuntun kita
menuju kehidupan yang lebih baik dan pernuh barokah. Amin.
Komentar
Posting Komentar