Kutbah Idul Fitri sedih
Khutbah Idul Fithri 1 Syawwal 1442 H / 13 Mei 2021 M.
Khutbah Pertama:
اللهُ اَكْبَرْ (3×)
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكبَرْ (3×) لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ
وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ إِلىَ يَوْمِ
الدِّيْنِ.
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لاَ نَبِيَّ
بَعْدَهُ.
اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ
الأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ.
قاَلَ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ
عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ.
اَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَاللهِ، أُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
اللهُ اَكبَرْ (3×) لاَ اِلَهَ اِلاَّ
اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ
Jama'ah sholat Idul Fitri yang dimuliakan Allah …
Dengan
terbitnya hilal Syawal, maka berpisahlah kita dengan Ramadhan. Seiring dengan meredupnya sang
surya sore kemaren maka ramadhan telah meninggalkan kita. Sebulan lamanya kita
rasakan nikmat yang tercurah sehingga terlupanya lapar dan dahaga demi
mengharapkan dosa yang terampuni dan nikmat yang akan diberi, lantunan kalimat
takbir dan tahmid yang keluar dari mulut insan sejati telah menggetarkan hati
setiap mukmin, telah memecahkan kesunyian seisi ruang angkasa, seluruh penjuru
tanah air, kota-kota dan dan di desa-desa seluruh pelosok dunia menggaungkan
nama Allah, mensucikan Asma Allah, sebagai tanda bahwa pagi ini, kita telah
kembali kepada fitrah, alangkah senangnya hati, alangkah bangganya kita dihadapan
Allah, kita kembali dari suatu perjuangan yang sangat berat dengan membawa
suatu kemenangan yang sangat besar, bahwa kita telah berhasil mengalahkan musuh
kita yang paling terbesar yakni hawa nafsu yang ada didalam diri kita, tapi
alangkah meruginya kita kalau kita hanya ikut bertakbir, bertahmid tapi
sebenarnya kita bukanlah orang-orang yang mendapat kemenangan, karena ramadhan
telah berlalu namun kita tidak pernah mau mengambil dari menfaat dari bulan
yang penuh rahmat, berkah dan maghfiroh, tidakah kita malu kita hanya bisa
merayakan kemenangan orang lain, tidak kita malu kalau kita hadir dengan
penampilan yang serba baru, sementara kita termasuk orang-orang yang merugi di
sisi Allah SWT. Betapa sedih dan pilunya kita hadirin, kalau kita hanya menutup
malu di hadapan manusia dengan melaksanakan sholat ‘aid sementara kita tidak pernah melaksanakan
puasa, tandanya kita tidak pernah malu dihadapan Allah Azza wajjalah, oleh
karena itu, di hari nan fitri ini kembali kita menoleh kebelakang, marilah kita
koreksi hasil ramadhan kita pada tahun ini, apakah kita termasuk orang-orang
yang mendapatkan kemenangan yang hakiki ataukah kita hanyalah orang-orang yang
berbahagia dengan kemenangan orang lain.
اللهُ اَكبَرْ (3×)وَ للهِ اْلحَمْدُ.
Tidak ada yang dapat menjamin bahwa
kita akan bertemu lagi dengan bulan yang penuh dengan berkah itu. Betapa banyak
orang-orang yang kita kasihi dan kita sayangi, orang-orang tua kita, saudara,
kerabat dan para tetangga. Mereka yang dulu pernah bersama-sama dengan kita, masih
terbayang senyuman mereka di pelupuk mata. Tapi kini, mereka tidak lagi
bersama-sama dengan kita. Mereka telah berada di alam baka, hanya tinggal
kenangan yang tak mungkin akan terlupa.
Mari kita bersyukur atas nikmat dan
karunia yang telah diberikan Allah kepada kita. Orang yang bersyukur,
sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri. Allah berfirman,
وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ
لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
“Barangsiapa yang bersyukur
(kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji”. (Qs. Luqman [31]: 12).
Selanjutnya mari kita
bershalawat kepada nabi besar Muhammad Saw. Untuk apa kita bershalawat?! Jika
di dunia ini kita membutuhkan pertolongan, maka kita bisa meminta tolong kepada
saudara-saudara kita, kerabat dan para sahabat. Akan tetapi akan ada suatu masa
nanti, seperti yang difirman Allah:
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ (34)
وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ (35) وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ
“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya.
Dari ibu dan bapaknya. Dari istri dan anak-anaknya”. (Qs. ‘Abasa [80]:
34-36). Mengapa semua orang melarikan diri dari orang-orang yang mereka kasihi?!
Padahal di dunia dahulu mereka tidak bisa berpisah walau sedetik pun.
لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ
يُغْنِيهِ
“Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang
cukup menyibukkannya”. (Qs. ‘Abasa [80]: 37).
Saat itu kita sibuk
mempertanggung jawabkan semua perbuatan kita; langkah kaki, hayunan tangan,
tatapan mata, pendengaran bahkan gerak hati. Ketika tidak ada yang dapat
menolong, pada saat tidak ada yang bisa membantu. Maka ketika itu kita
mengharapkan pertolongan dan syafaat Rasulullah Saw. Mari kita memperbanyak
shalawat, semoga kita termasuk umat yang mendapatkan syafaatnya, amin ya
Robbal’alamin.
اللهُ اَكبَرْ (3×)وَ للهِ اْلحَمْدُ.
Jamaah Idul Fithri
yang dimuliakan Allah …
Tujuan dari
puasa adalah menciptakan manusia yang bertaqwa. Dan kedudukan manusia di sisi
Allah diukur dari ketakwaannya. Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا
خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qs. al-Hujurat
[49]: 13).
Manusia dianggap
mulia bukan karena hartanya, bukan karena jabatannya, bukan pula karena bentuk
dan rupanya. Rasulullah Saw bersabda:
إنَّ الله لا ينْظُرُ إِلى أجْسَامِكُمْ ،
ولا إِلى صُوَرِكمْ ، وَلَكن ينْظُرُ إلى قُلُوبِكمْ وأعمالكم
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh kamu dan tidak melihat kepada bentuk kamu, akan tetapi Allah melihat kepada hati dan perbuatan kamu”. (HR.Muslim). Apakah takwa itu ? Imam Ali mendefinikan takwa sebagai :
اَلْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ، وَالْعَمَلُ
بِالتَّنْزِيْلِ، وَالرِّضَا بِالْقَلِيْلِ، وَالاِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ
Mesti ada
empat unsur dalam diri kita, barulah kita layak disebut sebagai orang yang
bertakwa.
Pertama :
اَلْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ takut kepada Allah.
Kedua : وَالْعَمَلُ بِالتَّنْزِيْلِ melaksanakan isi kandungan Al-Qur’an.
Ketiga :
وَالرِّضَا بِالْقَلِيْلِ Ridha terhadap ketentuan Allah.
Keempat :
وَالاِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ mempersiapkan diri menghadapi hari kematian. Sudahkah kita
persiapkan diri kita untuk menghadapi hari kematian itu ?! Rasulullah
SAW bersabda :
يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثٌ فَيَرْجِعُ
اثْنَانِ وَيَبْقَى وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ
أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ
“Yang
mengiringi mayat itu ada tiga, yang dua kembali, sedangkan yang kekal hanya
satu. Mayat itu diiringi keluarga, harta dan amalnya. Keluarga dan hartanya
akan kembali, sedangkan yang menetap hanyalah amalnya”. (HR.At-Tirmidzi).
Selama ini
kita sibuk mengurus yang dua perkara tersebut ; harta dan keluarga, kita
lalaikan yang satu. Padahal
yang satu itulah yang akan menemani kita. Kalau kita mengaku sebagai orang yang
bertakwa, maka mari kita siapkan diri kita menghadap hari kematian itu.
اللهُ اَكبَرْ (3×) لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ.
Jamaah Idul Fithri yang dimuliakan Allah …
Dihari yang penuh kebahagiaan
ini kalaulah kita mau membuka mata, masih banyak saudara kita yang harus duduk
bertopang dagu dengan air mata jatuh
kedalam, yang terpaksa menanggung problema hidupnya karena tak
sanggup bersaing didalam ganasnya dunia, dengan penuh luka dan prahara hati.
Mereka terpaksa melihat keceriaan anak saudaranya, namun terpaksa melupakan
kebahagiaan anak-anaknya dan mengurung mereka dengan perut yang kosong tentunya
apa yang mereka alami bukanlah keinginan mereka. Sebab kebahagiaan anak-anak
merupakan impian setiap orang tua. Namun takdir yang mereka jalani merupakan
kehendak dan ketetapan allah swt.
Bersyukurlah kita yang pada saat ini masih diberikan keluasan rizki sehingga
kita masih bisa melihat keceriaan dimata anak-anak kita. Alangkah pembohongnya
kita, kalau kita mengaduh sebagai orang-orang yang memperoleh kemenangan,
sementara kita selalu menutup mata dan telinga terhadap rintihan orang-orang miskin yang selalu menengadakan telapak tangan
mengharapkan uluran tangan dari kita.
ARO-ATALLAZI YUKAZZIBU
BIDDIN PAZALIKALLAZI YADU UL YATIM WALA YAHUDDU ALA TO A MILMISKIN
Artinya : “tidaklah engkau
tau orang-orang yang mendustakan agama mereka itulah orang-orang yang
menghardik anak yatim dan tidak mau memberi makan fakir miskin.”
Oleh karena itu sesuai dengan
pesan ramadhan dan
idul fitri mari kita hapus air mata mereka dengan sutra kasih, kita obati luka
di hati mereka dengan penawar silaturrahmi, kita yakinkan mereka yang telah
ditinggalkan orang tua mereka, bahwa kitalah orang tua mereka yang akan
mencurahkan kasih sayang sebagaimana kita mencurahkan kasih sayang terhadap
anak kandung kita.
اللهُ اَكبَرْ (3×) لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ.
Hadirin sidang jamaah sholat ‘aid yang berbahagia.
Sejenak marilah kita
layangkan ingatan kepada mereka orang tua yang telah mendahului kita saat ini mereka telah menyaksikan
kebenaran janji allah. Mereka telah menyaksikan bahwa surga itu ada dan neraka itu ada, merekapun telah melihat
bahwa kejahatan pasti di balas dengan azab dan siksaan yang sangat pedih: namun
mereka hanya bisa pasrah sambil menanti keputusan sesuai dengan amal yang
mereka lakukan semasa hidup didunia. Yang mereka harapkan sekarang ini hanyalah kiriman doa dari
kita. Apabila mati anak adam maka terputuslah amalannya kecuali tiga macam,
diantaranya adalah sedekah jariyah dan doa anak yang sholeh.
Oleh karena itu sampai
hatikah kita kalau kita mengisi perut dan makanan yang serba lezat sementara
mereka sedang menanti bingkisan doa yang tak kunjung datang dari anak anaknya. Tegakah kita memakai busanah yang baru dan indah sementara orang tua kita di dalam kubur sana hanyalah dibungkus oleh
beberapa helai kain putih, tegakah kita bersenda gurau dan berkumpul serta
bercanda tawa dengan orang yang dekat dihati, sementara mereka sedang dalam
kesunyian dalam lobang yang sangat sempit dan gelap: kita besar dalam pelukan
mereka, kita tersenyum dalam dekapan mereka. Kita tertidur didalam pangkuan
mereka, namun sampai sekarang kita tak tau apakah saat ini mereka tertidur
pulas atau tengah menjerit menanggung pedihnya siksaan kubur.
mayat didalam kubur tak obah
bagaikan orang yang tenggelam ditengah lautan yang senantiasa menjerit mintak
tolong kepada anaknya yang berdiri ditepi pantai “
Makanya, mungkin dapat kita
bayangkan bagaimana perasaan seorang ayah ataupun ibu yang tengah menjerit
ditengah lautan minta tolong. Sementara anaknya bersenang-senang ditepi pantai dan tak mau tau
dengan jeritan ayah bundanya, sejak kecil kita dipelihara. Kita didik dan
dibimbing, kita dibelai dan disayangi, mereka terjaga dari tidur nyenyak, karna
mendengar tangisan kita, mereka tidak pernah menghiraukan, hujan dan terik
matahari untuk kebahagiaan kita, mereka tantang buasnya hujan belantara untuk
menghidupi kita, mereka rela meneteskan air mata asalkan mereka bisa melihat
senyuman diwajah anaknya. Kita lahir dari rahim mereka, kita hidup dari air
susu mereka, kita makan dari tetesan keringat mereka, harapan mereka Cuma satu,
mereka ingin mendapatkan pensiunan pahala dari meninggalkan anak anak yang sholeh tapi apa hendak di kata anak
yang sholeh di harapkan itu hanya bersenang senang saja . Mereka ingin mendapatkan
bingkisan doa setelah meninggalkan dunia ini nantinya, kini disaat mereka
membutuhkan kita, disaat mereka tengah menanti pertolongan kita apakah kita
tidak bisa
memberikan bantuan doa dan mengulurkan tangan, mengeluarkan sedikit harta kita untuk kepentingan agama
allah; betapa malangnya nasib orang tua, yang mati dengan meninggalkan
keturunan yang banyak, namun mereka tidak pernah mengecap kiriman doa dari
anak-anaknya. Oleh karena, itu marilah kita berinfak atas nama mereka kita bangun
tempat ibadah dan madrasah dikampung kita atas nama mereka, apalagi yang akan kita tunggu kelak kita akan
menyesal karena tidak mau membelanjakan harta dijalan allah.
Artinya :”dan jikalau melihat
bagaimana orang-orang yang berbuat dosa dibawa menghadap tuhan mereka, mereka
akan tertunduk malu. Sambil berkata “ya allah kami telah melihat dan
mendengarkan kebenaran janji-janjimu oleh karena itu kembalikanlah kami ke atas
dunia, niscaya kami akan mau beramal
sholeh. Sesungguhnya kami sudah yakin”.
Oleh karena itu, melalui
mimbar ini khotib ingin menyampaikan kepada kita bersama setelah kita
membersihkan hati selama bulan suci rhamadan, marilah kita bersihkan diri dan
harta kita dengan mengeluarkan zakat, kita bangun tempat ibadah, kita santuni
fakir miskin, kita belai yatim piatu dengan belaian kasih dan sayang sebagai
pertanda bahwa ibadah puasa telah berhasil mendidik kita menjadi insan yang
bertakwa. Sebab menurut hadis nabi muhammad saw. Bahwa setelah mayat dikafani
dan hendak dikuburkan, ada tiga hal yang ia sesali diantaranya adalah mengapa
ia enggan mengeluarkan harta untuk kepentingan agama Allah. Sebab disitulah ia baru yakin bahwa harta
akan kekal apabila dibelanjakan di jalan Allah.
Dan akhirnya marilah ita meyakini bahwa bagaimanapun taatnya kita beribadah,
bagaimanapun tekunnya kita melaksanakan sholat, bagaimanapun rajinnya kita
melaksanakan ibadah puasa, namun kita tidak akan pernah di cap sebagai orang
yang baik di sisih Allah
selama kita enggan mengeluarkan harta kita dijalan Allah.
Allah Swt bercerita
tentang balasan yang telah Ia siapkan untuk orang-orang yang bertakwa:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا
السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133)
“Dan bersegeralah
kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit
dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. (Qs. Al ‘Imran
[3]: 33).
Semua kembali kepada
kita, mari kita jadikan puasa yang telah kita laksanakan itu sebagai ibadah
yang dapat membentuk diri kita, mengampuni dosa-dosa kita, melipat gandakan
balasan amal ibadah kita dan balasan kebaikan untuk kita. Semoga kita termasuk
orang-orang yang bertakwa, orang-orang yang mendapatkan ampunan dari Allah SWT,
amin ya Robbal’alamin.
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ
بِمَا فِيْهِ مِنَ الآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua:
اللهُ
اَكْبَرْ (3×) اللهُ
اَكْبَرْ (4×) اللهُ
اَكْبَرْ كَبِيْراً، وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً، لاَ اِلَهَ اِلاَّ
اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ.
اْلحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ
وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ، وَاَشْهَدُ اَنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ، وَِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كَِثيْرًا.
اَمَّا بَعْدُ، فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوااللهَ
فِيْمَا اَمَرَ، وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَزَجَرَ، وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ
بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ، وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ، وَقَالَ
تَعاَلَى: اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى، يآ
اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ
، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
، وَارْضَ اللهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، اَبِى
بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى، وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ،
وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ
بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ، وَاْلمُسْلِمِيْنَ
وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَْلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ ،اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ
الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَدَمِّرْ اَعْدَاءَ
الدِّيْنِ، وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ
عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْوَباَءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً، وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ
عآمَّةً، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا
ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ
مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ، وَإِيْتآءِ ذِى
اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِِ وَاْلبَغْي،
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ
يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ
اَكْبَرْ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.
Komentar
Posting Komentar