3 AMALAN DIMASA NEW NORMAL
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Alhamdulillah hari ini
kita masih bisa menyelenggarakan Sholat Jumat dengan tetap menerapkan protokol
kesehatan. Maka sepatutnya kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
telah memanjangkan umur kita dan menganugerahkan demikian banyak nikmat kepada
kita. Semoga Allah menjaga kita semua dan segera mengangkat virus corona dari
dunia.
Kita berada di masa yang
diistilahkan new normal. Adaptasi kenormalan baru. Meskipun aktifitas mulai
berjalan, masih banyak kendala dan keterbatasan. Sebagian masih bekerja dari
rumah (WFH, work from home), pendidikan juga diselenggarakan dengan cara
belajar dari rumah (LFH, learn from home). Pandemi memang merupakan masa sulit.
Lalu apa yang perlu
menjadi agenda khusus kita di masa sulit? Beruntunglah kita sebagai umat Islam.
Bertabur demikian banyak contoh dan keteladanan dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Termasuk bagaimana beliau menghadapi masa sulit. Setidaknya,
ada tiga amal yang kita dapatkan dari agungnya keteladanan beliau.
1. Meningkatkan iman dan
kesabaran
Jamaah Jumat yang
dirahmati Allah,
Agenda utama kita di
masa sulit, termasuk masa new normal ini, adalah meningkatkan iman dan
kesabaran. Wabah atau pandemi, yang dalam bahasa hadits disebut tha’un,
merupakan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
أَنَّهُ كَانَ عَذَابًا
يَبْعَثُهُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ ، فَجَعَلَهُ اللَّهُ رَحْمَةً
لِلْمُؤْمِنِينَ
“Sesungguhnya ia (thaun)
adalah adzab yang dikirim Allah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Lalu Allah
menjadikannya rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (HR. Bukhari)
Ia menjadi ujian, yang
harus disikapi dengan meningkatkan iman dan kesabaran. Dimulai dari keyakinan
bahwa kita dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Demikian pula segala yang
kita miliki, semuanya adalah pemberian Allah. Dialah pemilik sejati yang
sewaktu-waktu bisa mengambilnya kembali.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ
وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ . الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ
مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
Dan sungguh akan Kami
berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:
“Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. (QS. Al Baqarah: 155-156)
Termasuk di antara tanda
kesabaran di masa pandemi, meyakini bahwa tidak ada yang bisa menimpa kita
kecuali apa yang ditetapkan Allah. Keyakinan ini menjadi salah satu syarat
mendapat pahala mati syahid di masa pandemi. Sebagaimana lanjutan hadits di
atas:
فَلَيْسَ مِنْ عَبْدٍ
يَقَعُ الطَّاعُونُ فَيَمْكُثُ فِى بَلَدِهِ صَابِرًا ، يَعْلَمُ أَنَّهُ لَنْ
يُصِيبَهُ إِلاَّ مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ ، إِلاَّ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ
الشَّهِيدِ
“Tidak seorang pun hamba
yang ditimpa thaun lalu tetap tinggal di negerinya dalam keadaan sabar dan
mengetahui tidak ada yang menimpa dirinya kecuali apa yang ditetapkan Allah
untuknya, maka baginya seperti pahala mati syahid.” (HR. Bukhari).
2. Menumbuhkan optimisme
Jamaah Jumat yang
dirahmati Allah,
Amal kedua yang
dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di masa-masa sulit adalah
menjaga optimisme. Beliau mengajarkan sikap optimis kepada para sahabat.
Misalnya saat terjadi
perang Ahzab. Saat itu, 10.000 pasukan koalisi (ahzab) gabungan dari kafir
Quraisy, Ghatafan dan kabilah-kabilah lain hendak menyerbu Madinah. Padahal di
Madinah, jumlah seluruh laki-laki hanya ada 3.000 orang.
Maka untuk menahan laju
serangan pasukan ahzab, dibuatlah parit besar (khandaq) atas usulan Salman Al
Farisi. Perang itu kemudian juga dikenal dengan nama perang khandaq.
Masa-masa membuat
khandaq adalah masa-masa sulit. Waktunya sangat terbatas karena pasukan ahzab
sudah bergerak dan mengepung Madinah. Demikian sulitnya waktu itu,
sampai-sampai tidak ada waktu sholat. Hingga pernah sholat Zhuhur, Ashar,
Maghrib dan isya’ dijamak dalam satu waktu.
Semua sahabat turut
bekerja keras membangun parit pertahanan. Menggali dan menghancurkan bebatuan.
Saat menghadapi batu besar yang mereka tidak mampu memecahkannya, para sahabat
meminta bantuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah memang
andalan dalam segala hal, termasuk kekuatan.
Maka Rasulullah memukul
batu itu dengan kapak. Ketika berhasil memecahkan sepertiganya, memancar
kilatan api dan beliau mengucapkan, “Allaahu akbar! Aku telah diberi
kunci-kunci Syam. Demi Allah, sekarang saya melihat istana yang merah.”
Beliau melanjutkan
dengan pukulan kedua. Keluar kilatan api saat beliau berhasil menghancurkan
sepertiga berikutnya. “Allaahu akbar! Aku telah diberi kunci-kunci Persia. Demi
Allah, saya melihat istananya yang putih.”
Beliau melanjutkan
dengan pukulan kedua. Kembali keluar kilatan api saat beliau berhasil
menghancurkan batu itu. “Allaahu akbar! Aku telah diberi kunci-kunci Yaman.
Demi Allah, kulihat pintu-pintu Shan’a dari tempatku ini.”
Lihatlah bagaimana
Rasulullah di masa sulit yang untuk buang air kecil saja tidak sempat, beliau
mengabarkan kemenangan demi kemenangan Islam. Lihatlah bagaimana Rasulullah di
masa sulit yang untuk sholat saja harus dijamak, beliau mengabarkan penaklukan
demi penaklukan.
Optimisme para sahabat
juga bangkit. Jangka pendek, Allah memenangkan mereka di perang Ahzab itu.
Jangka panjang, Syam, Persia dan Yaman semuanya futuh. Yaman menjadi negeri
muslim dengan dai utamanya Mu’adz bin Jabal. Syam yang semula dikuasai Romawi
kemudian menjadi negeri Islam khulafaur rasyidin. Bahkan Persia taklut dalam
perang qadisiyah di masa Umar bin Khattab.
Optimisme ini harus
selalu hadir. Harapan itu masih ada. Dan dua ayat dalam surat Al Insyirah
menjadi inspirasi kita.
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ
يُسْرًا . إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Karena sesungguhnya
bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada
kemudahan. (QS. Al Insyirah: 5-6)
Optimis ini harus hadir
dalam jiwa kita. Bahwa pandemi akan berlalu. Kemudahan akan datang. Pertolongan
Allah akan tiba.
3. Meningkatkan
kapasitas
Jamaah Jumat yang
dirahmati Allah,
Amal ketiga yang
dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di masa-masa sulit adalah
meningkatkan kapasitas. Kita bisa melihat saat beliau menghadapi masa sulit di
Makkah. Saat terjadinya pemboikotan.
Waktu itu, Bani Hasyim
yang melindungi Rasulullah diboikot oleh kafir Quraisy. Diliputi amarah
permusuhan kepada Rasulullah dan kegeraman atas perlindungan Bani Hasyim dan
Bani Abdul Muthalib, orang-orang musyrikin Makkah berkumpul di kediaman Bani
Kinanah pada Muharram tahun ketujuh kenabian. Mereka membuat kesepakatan
bersama. Sebuah pakta perjanjian yang penuh kezaliman. Memboikot Bani Hasyim
dan Bani Abdul Muthalib.
Pakta perjanjian itu
ditulis oleh Baghid bin Amir bin Hisyam pada sebuah shahifah. Isinya adalah
poin-poin sebagai berikut:
- Tidak boleh melakukan
jual beli dengan Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib
- Tidak boleh menikah
dengan mereka
- Tidak boleh mengunjungi,
bertamu, berbicara dan berinteraksi dengan mereka
- Tidak boleh menerima
perjanjian damai dengan mereka
- Tidak boleh berbelas
kasihan kepada mereka
Pemboikotan membuat Bani
Hasyim dan Bani Abdul Muthalib mengalami penderitaan yang mengenaskan. Mereka
terpaksa memakan apa saja demi bertahan hidup. Termasuk dedaunan dan kulit
binatang. Pernah mereka menemukan kulit unta. Lalu dibersihkan dan dibakar,
setelah itu dilunakkan agar bisa disimpan dan dijadikan makanan untuk tiga
hari.
Dalam kondisi seperti
itu, Rasulullah terus mentarbiyah para sahabat. Jadilah kapasitas para sahabat
nabi meningkat pesat. Rasulullah juga tetap melanjutkan dakwahnya, memanfaatkan
setiap waktu untuk mengajak manusia hanya beribadah kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
Semestinya, masa-masa
sulit saat pandemi juga kita isi dengan meningkatkan kapasitas. Ketika kita
banyak di rumah dan banyak waktu luang, pelajari hal-hal baru. Banyak tilawah,
banyak tadabbur, banyak membaca, bahkan kalau perlu ikuti pelatihan-pelatihan online.
Kelak ketika masa kembali normal dan muncul banyak peluang, kita sudah siap
menyambutnya dengan kapasitas kita.
Jamaah Jumat yang
dirahmati Allah,
Semoga kita semua
dimudahkan Allah dan senantiasa dijaga-Nya. Menjadi hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa
serta meningkatkan kesabaran.
Di masa pandemi ini,
kita tetap optimis dan menjaga optimisme. Serta Allah mudahkan kita untuk
meningkatkan kapasitas sehingga kelak kita keluar dari masa sulit menjadi
pribadi-pribadi yang siap berkontribusi lebih untuk umat dan peradaban.
Dan semoga dengan tiga
amalan tadi, Allah merahmati kita dan kelak memasukkan kita ke dalam surga-Nya.
Marilah kita berdoa dengan khusyu’ memohon pertolongan Allah Subahanahu wa
Ta’ala.
#Tekskutbah#kutbahtentangcovid-19#masanewnormal#
Komentar
Posting Komentar